GUYURAN hujan menyambut kedatangan saya siang itu di kota kecil Semur-en-Auxois, yang juga berada di wilayah Bourgogne. Dari kejauhan, terlihat puncak salah satu dari empat menara peninggalan kerajaan setempat dengan dinding berwarna kecokelatan dan atap menara yang lancip berbentuk kerucut berdiri tegak.
Empat menara dan beberapa bangunan seperti Gerbang Sauvigny, Gereja Notre Dame, benteng kerajaan yang berdiri kukuh, serta bangunan lainnya yang saya telusuri setelah hujan reda, memperlihatkan betapa kota ini penuh sejarah.
Dengan menyusuri jalan kecil berbatu, khas jalan di kota-kota kecil di Eropa, saya menikmati tempat tersebut satu per satu, ditemani seorang kenalan, Sebastien Bonnet. Gerbang Sauvigny merupakan tempat pertama yang saya kunjungi di tengah udara sejuk, setelah beristirahat dan makan siang di kediaman keluarga Jean Francois Bonnet yang ramah, orangtua Sebastien.
Saat mendongak ke langit-langit, di bawah lengkungan gerbang yang dibangun pada 1444 itu, terbaca dengan jelas semboyan terkenal penduduk Semur-en-Auxois: `Les Semurois se plaisent fort en l'accointance des estrangers ` atau masyarakat Semur-enAuxois menyambut baik kedatangan orang asing. Kota ramah Semboyan itu memang sesuai dengan kenyataan karena mimik ramah selalu tergambar dari wajah warga setempat saat berpapasan. Posisi gerbang tersebut kini berada dekat dengan pertokoan, kantor, dan kafe.
Setelah melintasi gerbang yang merupakan pintu masuk ke tengah kota, melewati jalan dengan kafe di kanan dan kirinya yang siang itu ramai pengunjung, perjalanan beberapa puluh meter dilanjutkan ke Gereja Notre Dame yang megah. Konstruksi gereja itu dibangun mulai 1220 dan selesai pada 1470.
Dari sana, dengan diiringi suara lonceng gereja yang memang selalu berdentang setiap jam, langkah membawa kami ke Menara Orle d'Or, salah satu dari empat menara Kerajaan Semur-en-Auxois.
Orle d'Or dibangun pada 1274 dan merupakan menara pertama yang dibangun jika dibandingkan dengan tiga menara lainnya, yaitu Gehenne, Margot, dan Menara Prison.
Semua menara berada pada dataran paling tinggi di wilayah kota tersebut. Oleh karena itu, dari puncak Menara Orle d'Or pula cantiknya pemandangan hampir seluruh wilayah kota dapat terlihat.
Tiga menara lain, puncak gereja, Jembatan Joly, rumah penduduk di antara liuk Sungai Armancon yang mengitari kota, dan bukitbukit di sekelilingnya bak pagar bagi wilayah tersebut.
Orle d'Or yang memiliki tinggi 44 meter kini berfungsi sebagai museum penyimpanan benda peninggalan kerajaan yang pernah dipimpin Raja Francisci Chartraire dalam bahasa Latin atau Franqois Chartraire dalam versi Prancis.
Benda-benda itu, antara lain, penanda makam raja yang meninggal pada 12 Agustus 1728. Benda tersebut diletakkan di lantai dasar.
Sepeda buatan 1868 dan aneka perabot, termasuk gerabah, juga ada di museum itu, yaitu berada di lantai 1. Buku-buku terbitan abad XVI dan alat pembuatan energi cahaya prototipe pertama ada di lantai 2, sedangkan perlengkapan rapat kerajaan yang terdiri dari kursi serta meja ditempatkan di lantai 3 menara.
Pemandu wisata Menara Orle d'Or, Antoine Lacaille, yang siang itu memimpin tur, mengatakan penanda makam raja dengan bagian tengah dari batu hitam berbentuk bulat berdiameter sekitar 1 meter tersebut, saat masih berfungsi, ornamen pinggirannya berlapis emas. Namun, ujar pemuda yang menguasai beberapa bahasa itu, lapisan emas pada benda bersejarah tersebut hilang dalam kerusuhan yang berlangsung saat zaman peralihan dari masa pemerintahan kerajaan menjadi republik. Hanya musim panas Menikmati pemandangan cantik Kota Semur-en-Auxois dari Menara Orle d'Or tidak bisa dilakukan setiap saat. Menara tersebut hanya bisa dikunjungi setiap musim panas, yakni pada Juli dan Agustus.
Itu pun lima hari dalam seminggu, yaitu mulai Selasa hingga Minggu pada pukul 14. 00 sampai 19. 00 waktu setempat. Jadi, bila ingin berkunjung ke kota yang menjadi salah satu tujuan wisata di wilayah Bourgogne itu, pilihlah waktu yang tepat.
Seusai mengunjungi Menara Orle d'Or, perjalanan dilanjutkan dengan menengok tempat bersejarah lainnya, termasuk tiga menara dan gedung teater yang berdekatan dengan Menara Margot.
“Menara Margot kini berfungsi sebagai ruang ganti para aktor,“ tutur Sebastien. Selain itu, menyusuri benteng kerajaan dengan melangkahkan kaki di atasnya memberi kesan tersendiri karena dari atas benteng itulah pemandangan indah permukiman penduduk bernuansa perdesaan di bagian lembah, di antara menghijaunya pepohonan di musim panas, bisa terlihat lebih jelas.
Hari mulai sore ketika saya menapaki Quai d'Armancon atau jalan yang sejajar dengan Sungai Armancon di sisi kanan dan tembok benteng di sisi kiri. Sesekali terlihat sekelompok itik berenang di aliran sungai yang tenang, kemudian melewati Jembatan Pinard nan kuno tapi tetap cantik.
Di ujung perjalanan sebelum membelok kembali ke tengah kota melalui 141 anak tangga Fourneau, terlihat Menara Prison atau menara penjara, juga berdiri kukuh. Kota abad pertengahan Masih banyak tempat menarik dan indah yang dapat dikunjungi di kota yang dibangun di tebing granit merah muda tersebut ataupun sekitarnya. Untuk menyambangi kota yang juga dinamakan sebagai The Medieval City atau kota abad pertengahan di Prancis timur itu sangat mudah.
Bagi yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, Semur-en-Auxois bisa ditempuh dengan menggunakan kereta api berkecepatan tinggi atau TGV dari Paris melalui Stasiun Montbard.
Perjalanan dari Stasiun Montbard ke Semur-en-Auxois sekitar 19 kilometer (km) dapat dilanjutkan menggunakan bus. Selain itu, bisa juga ditempuh menggunakan kereta api regional Bourgogne yang selalu berhenti di Stasiun Les Laumes Alesia.
Seperti halnya dari Montbard, perjalanan dari Stasiun Les Laumes Alesia ke Semur-enAuxois sekitar 14 km juga bisa dilanjutkan menggunakan bus.
Lonceng gereja kembali berdentang, mengiringi langkah terakhir perjalanan hari itu. Beberapa saat kemudian denting piano dari jemari Sebastien terdengar merdu menyambut petang di ruang keluarga rumahnya. (Pbu/M-1) Media Indonesia, 27/11/2014, halaman 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar