Kamis, 09 April 2020

Tulang Punggung Sektor Turisme

Sektor perhotelan dan restoran masih akan tetap mendominasi nilai investasi pariwisata di tahun ini. DENGAN porsi mencapai 70%-80%, investasi di sektor perhotelan dan restoran bisa dikatakan menjadi tulang punggung sektor pariwisata di Tanah Air.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebut realisasi investasi pariwisata Indonesia dari sektor perhotelan dan restoran mencapai US$91,1 juta pada kuartal I 2014. Adapun keseluruhan nilai investasi pariwisata nasional sepanjang Ja nuari-Maret 2014 mencapai US$130,13 juta.

Yang fantastis, nilai realisasi investasi tersebut naik 256,43% dari posisinya di kuartal I 2013.
“Indonesia jadi negara tujuan investasi pariwisata paling mena rik investor karena kinerja pariwisata Indonesia terus meningkat, daya saing makin kuat, dan persepsi dunia internasional terhadap Indonesia semakin positif,” ujar Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Firmansyah Rahim dalam acara Hospitality Investment World 2014 di Grand Hyatt Jakarta, Senin (28/4/2014).

Menurutnya, sektor perhotelan dan restoran masih akan tetap mendominasi nilai investasi pariwisata sepanjang tahun ini. Hal itu lantaran masih besarnya potensi pembangunan yang dibutuhkan untuk meningkatkan peluang pariwisata berbagai daerah di Indonesia.

“Restoran asli Indonesia masih belum ada di London dan New York, padahal rendang sudah di akui CNN sebagai makanan paling enak nomor 1 dunia. Mengalahkan tom yum, tapi tom yum sudah dapat dijumpai di seluruh dunia,” imbuh Firman.
Untuk memicu wabah kuliner Indonesia, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Ketua PHRI, beserta para pejabat hotel Pa norama, Tauzia, dan Sahid telah me neken nota kesepahaman (MoU) 30 Ikon Kuliner Tradi sional Indonesia (IKTI).
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengenalkan cita rasa Indonesia yang akan disajikan secara bertahap di hotel-hotel di seantero Tanah Air. Saat ini logo kegiatan IKTI, ungkap Firman, telah ada di Golden Flower Hotel di Braga, Bandung.
pun menilai pengadaan hotel masih perlu digenjot. “Sekarang kita cuma punya 164 ribu kamar hotel,” ujar perempuan yang akrab disapa Yanti itu.

Padahal, sektor turisme nasional tengah menggeliat. Pada 2013, jumlah wisatawan mancanegara yang bertandang ke Indonesia saja mencapai 8,8 juta kunjungan atau naik 9,4% dari setahun sebelumnya. Belum lagi wisatawan domestik.
Yanti mengungkapkan wisatawan berusia muda masih mendominasi sepanjang tahun ini hingga berkisar 53%. Oleh karena itu, pembangunan hotel pada tahun ini campuran antara hotel budget (tanpa bintang) dan hotel upscale (bintang 4 atau 5).

Kendati demikian, pembangunan hotel terutama untuk kelas menengah atas, menurut Yanti, masih terkendala soal lokasi dan infrastruktur. “Potensi pembangunan hotel kita besar, tapi cari lokasi susah, apalagi untuk prime hotel di Jakarta, harga tanahnya mahal sekali,“ pungkas Yanti. Dia menambahkan, sebagai contoh, harga tanah di daerah Jalan Sudirman, Jakarta, per meter persegi dapat mencapai Rp75 juta saat ini dan diperkirakan akan mencapai Rp100 juta per meter persegi di 2015.

Yanti pun berharap pemerintah dapat lebih agresif lagi untuk mengembangkan infrastruktur yang dapat menjangkau dan mengefektifkan kinerja kegiatan pariwisata Indonesia. (E-2) Media Indonesia, 30/04/2014, hal : 18

1 komentar: